Selasa, Oktober 09, 2007

Pasar Rakyat yang Tak Merakyat

[Tempo Interaktif] - Penyelenggaraan Pasar Rakyat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kurang diminati masyarakat. Sebagai contoh di halaman PT Jakarta Express Trans, sisi Terminal Pinang Ranti, Jakarta Timur.

Sejumlah ibu-ibu yang dihubungi Tempo mengaku kecewa karena harga berbagai kebutuhan yang ditawarkan di pasar rakyat tersebut tidak berbeda jauh dengan harga di pasar maupun warung, “Bahkan lebih murah di Carrefour” ujar Yani, warga RT 01/ RW 001, Pinang Ranti.

Ia sebenarnya sudah mengunjungi pasar rakyat tersebut, namun saat melihat harga-harga yang ditawarkan ia mengurungkan niatnya untuk membeli. “Gula sekilo dijual Rp 6000,” ujar Yani. Padahal di warung dekat rumahnya, sekoligram gula dijual Rp 6200, “Jadi beda-beda dikitlah,” katanya.

Masyarakat juga tidak semuanya mendapat kupon yang bisa ditukar dengan satu paket kebutuhan pokok seharga Rp 20 ribu. “Ya itupun tidak gratis, kita tetap membayar Rp 20 ribu,” ujar Ihat, isteri Ketua RT 01/ RW001 Kelurahan Pinang Ranti. Menurut Ihat, setiap RT hanya mendapat jatah tiga kupon, dia kemudian mengambuil satu kupon.

Satu paket seharga Rp 20 ribu itu berisi 3 liter beras, terigu 1 kg, dan gula 1 kg. Padahal menurut hitung-hitungan Ibu Yoyok, yang juga warga RT 01, di warung harga beras 3 liter Rp 12.000, gula Rp 6200, dan terigu Rp 5000, “Jadi totalnya Rp 23.200, ya... nggak jauh beda” ucap Ibu Yoyok.

Yang membuat banyak ibu-ibu RT 01 kecewa adalah harga minyak goreng yang di jual di pasar rakyat tersebut. “Di sana (pasar rakyat) minyak goreng 2 liter dijual Rp 18 ribu,” ujar Yoyok, tapi minyak goreng yang di jual bermerek Hemat “Nama (merek) hemat baru tadi saya tahu,” ucap ibu Yoyok. “Padahal di Carrefour, merek Tropical dijual Rp 18.800” tambah bu Yoyok. Harga Rp 18.000 per 2 liter pun berbeda dengan keterangan Dinas Usaha Kecil dan Menengah Provinsi DKI Jakarta yang menyebutkan minyak goreng dijual Rp 7000 per liter dari harga pasar Rp 9000 (Koran Tempo Selasa 9/10).

Selain itu, dari jadwal penyelenggaraan pasar rakyat dari pukul 10.00 – 17.30 WIB, juga tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Pasar yang dibuka sekitar pukul 10.00 WIB sudah tutup menjelang jam 12.00 WIB, “Tadi azan zuhur sudah tutup” ujar Ibu Popon yang sehari-hari berjualan di terminal Pinang Ranti. Kemarin senin (8/10), menurut ibu Popon memang sampai pukul 15.00 WIB. (*)

Tidak ada komentar: